The Rosie Project

Judul: The Rosie Project | Penulis: Graeme Simsion | Penerjemah: Dharmawati | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Terbit: Pertama, Oktober 2015 | Tebal: 372 hlm | Harga: Rp. 78.000 (Diskon di Toko Buku Online) | Bintang: 4/5


Don Tillman seorang professor muda yang menganggap cinta dan pasangan layaknya rumus yang dapat diatur dan dianalisis. Pencarian pasangan ini dirancang Don dengan nama Proyek Istri. Dia ingin mendapatkan istri dengan membuat kuisioner yang berfungsi untuk memfilter pendaftar supaya lebih efisien dan menghemat waktu dalam proses perkenalan.
 
“Kuisioner itu betul-betul filter yang bagus.” Aneh? Iya, saya hanya bisa berpikir ‘ada-ada aja’, tapi di sisi lain, tidak dipungkiri cara memang Don termasuk efisien tapi tanpa perasaan sama sekali hehehe…Selain itu, keputusan Don Tillman membuat kuisioner juga mempertajam karakternya yang kaku dan sangat akademis. Proyek istri sudah berjalan lancar, dengan masuknya data-data lamaran dalam email. Dan, sortir pun dilakukan untuk penjawab-penjawab yang tidak sesuai dengan keinginan Don.
 
“Kesempurnaan” rencana Don menjadi berantakan dengan kehadiran Rosie, seorang mahasiswa magang di kantor Gene, sahabat Don, sekaligus pekerja di bar gay. Tak hanya masalah proyek istri, kehidupan Don yang sistematis dan terjadwal mulai berantakan dengan kedekatannya Rosie, yang rasanya berlangsung cukup cepat. Meski begitu, Don masih kedekatannya belum memperkenalkan dirinya dengan cinta.
“Anggur tidak ada dalam jadwal hari Selasa,”
“Persetan dengan itu,” tukas Rosie.
Ada logika di balik respons Rosie. Aku seharusnya hanya makan malam porsi satu orang…. Aku mengumumkan perubahan tersebut. “Waktu telah didefinisi ulang. Aturan-aturan sebelumnya tidak lagi berlaku. Dengan ini alcohol diwajibkan dalam Zona Waktu Rosie.” (h.74)
Kedekatan mereka semakin erat saat Don berinisiatif membuat Proyek Ayah. Rosie selalu penasaran dengan ayah kandungnya, sosok yang menurut Ibunya, sebelum meninggal, adalah lelaki yang berhubungan intim saat acara kelulusan kuliah kedokteran. Proyek Ayah memberikan banyak hal dan aktivitas di luar dugaan bagi Don, seperti munculnya bakat terpendam dan kesenangannya dalam meracik koktail, juga perjalanan-perjalanan panjang demi mendapatkan bahan untuk tes DNA.
“Aku pernah menonton beberapa film romantis. Jawabannya adalah tidak. Tidak seperti Gene dan Claudia, dan sepertinya mayoritas manusia. Aku tidak terpengaruh secara emosional oleh kisah-kisah cinta. Aku sepertinya tidak diprogram untuk respon tersebut.” (Don Tillman ~ h.275)
Sebenarnya, selain kisah cinta Don, ada suguhan sampingan alur yang menarik, yaitu kehidupan rumah tangga Gene dan Claudia, sahabat Don Tillman. Mereka berdua adalah tempat Don bertumpu dalam mencari jodoh dan mengenal perasaannya, tapi di sisi lain, kehidupan rumah tangga mereka tergolong aneh dan mematikan perasaan salah satu pihak. Gene, dengan alasan sedang melakukan proyek mengenal seks berdasarkan negara asalnya, melakukan selingkuh dengan wanita-wanita asing. Kisah mereka juga memberikan pesan makna dari sebuah hubungan.
“Semua ahli dan aturan moral menganggap perselingkuhan itu genting. Bahkan teori-teori psikologi evolusioner menyimpulkan kalau seseorang mendapati pasangan mereka tidak setia, mereka akan memiliki alasan kuat untuk menolak sang pasangan.” (h. 296)
Banyak istilah ilmiah berseliweran dalam buku tapi menurutku sama sekali tidak memperumit ceritanya, malah membuat saya lebih mengenal sosok Don dengan kerumitannya memahami, apa itu perasaan cinta, dengan karakternya sendiri. Meski sering gemes dengan ‘program kepala’ Don yang sangat ilmiah, prosesnya untuk merespon sekitarnya dengan perasaan tidak terburu-buru dan dipaksakan.
“Ada saatnya ketika aku akan menjawab tanpa berpikir. “Mereka sudah meninggal,” bukan karena ingin berbuat jahat tetapi karena aku memang terprogram untuk merespons fakta-fakta lebih dulu dibanding perasaan orang lain. Tetapi sesuatu berubah dalam diriku, dan aku berhasil menekan pernyataan itu.” (h. 214)

 

Comments